JANGAN BERLEBIHAN MEMBELA CAPRES

JANGAN BERLEBIHAN MEMBELA CAPRES. KALAU MAU MATI-MATIAN ITU, YA BERJUANG BELA ISLAM

Sering kita sesorang kawan kita bela presiden pilihannya sampai mati-matian padahal sudah bolak balik pemilu selalu tidak sesuai harapan jika sudah terpilih.

Politik dalam sistem sekuler itu machievelli yang tidak kenal halal haram dan tidak ada konsistensi nilai perjuangan. 
Tidak ada yang idealis, semua serba pragmatis.

Apa yang nampak di permukaan, belum tentu menggambarkan keadaan sesungguhnya di belakang panggung layar. 
Jika ada politisi atau partai yang berseteru dan saling menyerang, itu hanya di layar gadget saja. Dibalik layar, mereka bisa saja kongkow bareng sambil menikmati wine.

Seperti yang belum lama ini, Apel Siaga Perubahan NasDem dianggap sebagai seruan perang terbuka oleh Partai NasDem terhadap Jokowi. Padahal itu hanya manuver politik untuk membuat keseimbangan politik baru pasca Johny G Plate yang tersangkut kasus korupsi BTS.

Dan benar saja, acara itu berbuah pertemuan Surya Paloh dan Jokowi.  Padahal pasca Johny G Plate jadi tersangka, Jokowi mengabaikan Surya Paloh.

Yang lebih menarik lagi, Jokowi menanyakan siapa Cawapres yang akan mendampingi Anies Baswedan. Cawe-cawe Jokowi ini bukan tanpa sebab, mengingat Jokowi butuh bantalan politik dari Presiden berikutnya, siapapun yang menang, tidak harus Ganjar atau Prabowo.

Adalah keliru ketika Deny Indrayana menyatakan Jokowi mendukung Ganjar, mencadangkan Prabowo dan menjegal Anies. Yang sebenarnya terjadi adalah Jokowi mendukung dan mencadangkan semua capres untuk mengamankan dirinya pasca lengser.

Prof. Amien Rais menyatakan, adalah wajar jika Jokowi ketar-ketir, khawatir dirinya dan keluarganya diburu kasus hukum pasca lengser. Mengingat dosa-dosa politik dan kezaliman Jokowi yang memang sangat telanjang diketahui oleh publik.

Untuk mencari bunker perlindungan politik dari kasus hukum yang memburunya, keliru sekali jika Jokowi fanatik ke Ganjar atau Prabowo. Yang benar itu Jokowi harus menyiapkan dukungan kepada semua Capres yang berkontestasi.

Ibarat investasi, Jokowi harus meletakkan telur di semua keranjang. Telur dari keranjang mana saja yang menetas, tetap Jokowi yang akan diuntungkan.

Anies sendiri tidak akan mungkin menolak dukungan Jokowi, dukungan Presiden yang punya alat negara, yang bisa mendukung kemenangannya, baik dengan aktif atau minimal dengan sikap netralnya, mustahil diabaikan.

Penunjukan Budi Arie Setiadji sebagai Menkominfo jelas merupakan investasi politik Jokowi untuk kepentingan Pilpres, yang bisa dijadikan sarana burgaining politik kepada semua capres. 
Siapa yang didukung, tim medsosnya akan aman. 
Siapa yang melawan, tim medsosnya akan dibungkam.

Padahal kampanye era now mustahil kalau hanya menggunakan spanduk, poster dan baliho, juga kampanye manual via pertemuan Akbar. Semua itu kuncinya ada di medsos, karena pesan politik via medsos bisa dikirimkan kepada pemilih secara real time, setiap saat kepada setiap orang di semua tempat.

Jadi, siapapun yang 'die hard' membela Capres dipastikan akan kecewa. Karena capres akan membuat komitmen sendiri secara sepihak, tanpa memerlukan izin pendukungnya. Persis seperti Prabowo yang merapat ke Jokowi dengan mengabaikan seluruh pemilihnya.

Yang tidak kecewa itu yang mendukung Capres karena cuan, buzzer pendukung capres seperti ini hanya peduli kepada uang, tak pernah memikirkan soal konsistensi dan nilai-nilai perjuangan.

Agar tidak kecewa, lebih baik fokus berjuang untuk Islam, untuk agama Allah, untuk penegakan syariat Islam. Karena perjuangan untuk menegakkan syariat Islam, niscaya akan mendapatkan pahala dan ridho Allah dan Allah sekali-kali tidak akan pernah mengabaikan hamba-Nya yang berjuang dan membela Agama-Nya.


oleh : Ahmad Khozinudin

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah berkunjung