Abu Wafa atau Abul Wafa atau Abu Al-Wafa atau nama panjangnya Abu
Al-Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Ibn Abbas al-Buzjani.
beliau terlahir di Buzjan, kota Khurasan (negera Iran) yakni pada
tanggal 10 Juni 940/328 H. beliau belajar matematika kepada pamannya
yakni Abu Abdullah Muhammad Ibn Ataba serta Abu Umar Al-Maghazli.
Sedangkan, ilmu geometri yang dikenalnya itu dari Abu Al-Ala’ Ibn Karnib
serta dari Abu Yahya Al-Marudi.
Abu Al-Wafa adalah seorang
saintis yang memiliki kemampuan serba bisa. Selain beliau jago di bidang
matematik, beliau pun juga sangat terkenal sebagai astronom dan
insinyur yang populer pada zamannya waktu itu.
pemikira serta
kiprahnya beliau di bidang sains, sangat patut diakui oleh peradaban
Barat. Bahkan sebagai bentuk dari wujud pengakuan dunia atas jasa beliau
yang telah mengembangkan astronomi, organisasi astronomi dunia telah
sepakat untuk mengabadikannya dan memberikannya nama yakni salah satu
kawah bulan.
Dalam bidang ilmu matematik, Abu Al-Wafa pun banyak
memberikan kontribusi (sumbangan) yang sangat penting dalam hal
pengembangan ilmu berhitung (matematik) itu.
Menurut ilmuwan islam
Kattani.{” Abu Al-Wafa merupakan matematikus terbesar pada abad ke-10 M
“}. Betapa tidak, dalam sepanjang masa hidupnya, Abu Al-Wafa telah
berjasa dalam melahirkan sederet inovasi yang sangat penting bagi ilmu
matematika. Beliau tercatat telah menulis kritikan atas pemikiran oleh
Eucklid, Diophantos serta Al-Khawarizmi, Namun sayang sekarang risalah
tersebut telah hilang.
Sang ilmuwanpun (Abu Al-Wafa) mewariskan
Kitab yang berjudul Al-Kami (Buku Lengkap) yang isinya membahas tentang
aritmatika (ilmu hitung) praktis. Tidak hanya itu Abu Al-Wafa juga
memberikan kontribusi lain yang pastinya tidak kalah penting dalam
bidang ilmu matematik yaitu Kitab Al-Handasa dimana dalam kitab tersebut
mengkaji perihal penerapan geometri. Beliau sangat berjasa besar dalam
mengembangkan ilmu trigonometri tersebut.
Abu Al-Wafa tercatat
sebagai pakar matematikus pertama yang menemukan rumus umum “si nus”.
Selain itu juga, sang matematikus ini pun telah memaparkan metode baru
dalam membentuk tabel sinus tersebut. Beliau juga membenarkan bahwa
nilai sinus 30° (derajat) ke-tempat desimel kedelapan. Yang paling lebih
mengagumkan lagi, beliau (Abu Al-Wafa) membuat studi khusus mengenai
“ta-ngen” serta menghitung sebuah tabel “ta-ngen” tersebut.
Jika
pastinya kita telah mempelajari matematika tentunya kita pernah dengar
atau mengenal kata istilah “secan” dan “co secan”. Ternyata, Abul
Al-Wafa lah yang pertama kali membuat istilah matematika terebut. Abu
Al-Wafa sangat dikenal akan kejeniusannya dalam bidang ilmu geometri.
Beliau juga mampu menyelasikan problematika tentang geometri dengan
sangat tangkas dan lugas.
Penemuan dari hasil buah pemikiran
beliau pun sangat berpengaruh di dunia Barat. Seperti pada abad ke-19 M,
pakar ilmuawan barat, Baron Carra de Vaux yang mengambil konsep secan
dari ilmu yang dicetuskan oleh Abu Al-Wafa Sang Ilmuwan Islam tersebut.
Namun sayangnya, di dunia Islam justru nama beliau sangat tidak populer
bahkan jarang terdengar dan nyaris tidak terdengar sama sekali.
Bagaimana tidak, hampir pelajaran sejarah dalam peradaban Islam yang
diajarkan di negeri ini hanya mengulas serta memperkenalkan sosok Abu
Al-Wafa saja. Sungguh ironis negeri ini.
Sang matematikus terhebat
pada abad ke-10 itu pun tutup usia yakni pada tanggal 15 Juli 998 di
kota Baghdad, Irak. Akan tetapi hasil karya dari beliau serta berbagai
pemikirannya tersebut hingga kini masih tetap hidup, Seperti julukannya
tersebut.
Abadi di Kawah Bulan
Abu Al-Wafa
memang sangat fenomenal. Meski dalam dunia Islam modern kini namanya
tidak terlalu dikenal, Akan tetapi di dunia Barat sosok dari Abu Al-Wafa
ini justru sangat berkilau. Sangat tidak heran, jikalau sang ilmuwan
Muslim (Abu Al-Wafa) itu begitu sangat dihormati dan disegani oleh dunia
Barat. dan Orang Barat pun tetap menyebutnya dengan nama sebutan Abul
Wafa/ Abu Wafa. Untuk menghormati atas pengabdian dan dedikasi beliau
dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu astronomi namanya pun telah
diabadikan di “kawah bulan”.
Di antara deretan para ulama dan
ilmuwan Islam, hanya terdapat 24 tokoh saja yang hingga kini diabadikan
di kawah bulan serta mereka telah mendapatkan pengakuan resmi dari IAU
(Organisasi Astronomi Internasional). Ke-24 tokoh Muslim tersebut salah
satunya adalah Abul Wafa/ Abu Al-Wafa.
Kebanyakan, pakar ilmuwan
Muslim di abadikan di kawah bulan oleh Barat. Kawah bulan Abu Al-Wafa
terletak pada koordinat 1.00 Timur, 116.60 Timur. Dan diameter kawah
bulan Abul Wafa ini diameternya mencapai 55 km dengan Kedalaman kawah
bulan yamg telah mencapai 2,8 km. Pada lokasi kawah bulan beliau (Abu
Al-Wafa) sendiri terdapat (terletak) di dekat ekuator bulan.
Matematika ala Abul Al-Wafa/ Abu Wafa
Abu
Al-Wafa memiliki kontribusi jasa terbesar dalam bidang studi matematika
yaitu “Trigonometri”. Trigonometri sendiri berasal dari istilah atau
kata trigonon = “tiga sudut” dan metro = “mengukur”. Ini merupakan
sebuah cabang matematik yang berhadapan dengan sudut segitiga serta
fungsi trigonometrik itu misalnya sinus (sin), cosinus (cos), dan tangen
(tan), yang merupakan sudut istimewa.
Abu Al-Wafa Secara khusus
telah dapat dan berhasil menyusun suatu rumus yang hingga kini menjadi
identitas dari trigonometri itu sendiri. Inilah rumus yang dihasilkan
beliau itu:
sin(a + b) = sin(a)cos(b) + cos(a)sin(b)
cos(2a) = 1 – 2sin2(a)
sin(2a) = 2sin(a)cos(a)
Selain
rumus diatas tersebut, Abul Al-Wafa pun juga telah berhasil membentuk
sebuah rumus geometri untuk parabola, seperti berikut ini :
x4 = a and x4 + ax3 = b.
Berbagai
Rumus penting tersebut, tentu hanyalah secuil dari hasil pemikiran oleh
Abu Al-Wafa yang sampai saat ini masih bertahan. Kemampuan beliau dalam
menciptakan berbagai rumus baru pada ilmu matematika, telah membuktikan
bahwasanya Abu Al-Wafa adalah pakar matematikus Muslim yang sangat
jenius sekali.