Peran Kita untuk Saudara Sesama Muslim yang Tertindas

Bismillahirrahmaanirrahiim …

Alhamdulillah, telah kita jalani minggu kedua Ramadhan 1433 Hijiriah kali ini. Kita yang berpuasa di Korea InsyaAllah kita dapat menjalaninya tanpa hambatan berarti. Setidaknya, ketika kita bandingkan kondisi kita di Korea dengan saudara-saudara kita yang terdzalimi, tertindas di Suriah, Kashmir, Myanmar, Palestina dan di negeri manapun yang bisa jadi tak terliput oleh media.

Lantas bagaimana akhlak kita sebagai sesama muslim untuk saudara-saudara kita dalam kondisi terdzalimi?

Berpegang teguhlah kepada agama Allah dan tetaplah bersatu. Janganlah berbuat sesuatu yang mengarah kepada perpecahan. Renungkanlah karunia Allah yang diturunkan kepada kalian pada masa jahiliah, ketika kalian masih saling bermusuhan. Saat itu Allah menyatukan hati kalian melalui Islam, sehingga kalian menjadi saling mencintai. Saat itu kalian berada di jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian dengan Islam. Dengan penjelasan yang baik seperti itulah, Allah selalu menerangkan berbagai jalan kebaikan untuk kalian tempuh. (QS 3:103)

Dan,

Orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan, saling mencintai dan menolong satu sama lain. Dengan dasar keimanan, mereka menyuruh untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh agama mereka yang benar, melarang apa yang dilarang oleh agama, mengerjakan salat pada waktunya, membayar zakat untuk orang yang berhak menerima pada waktunya, mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya. Merekalah yang akan selalu berada dalam rahmat Allah. Allah sungguh Mahakuasa untuk mengayomi mereka dengan kasih sayang-Nya, dan Mahabijaksana dalam pemberian-Nya. (QS 9:71)

Perintah di atas mengajarkan kita bahwa setiap saat dan terlebih saat krisis, adalah tugas seorang muslim untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain. Rasulullah saw mengajarkan ummat Islam untuk bersatu seolah-olah kita satu tubuh: jika satu bagian dalam tubuh kita merasakan sakit, bagian lainnya juga merasakn sakit. Ketika ada semangat untuk saling menolong, akan timbul persatuan, rasa aman dan kuat. Persatuan ini merupakan karunia saat masa-masa awal Islam berdiri saat menghadapi berbagai ancaman, sehingga dengan adanya persatuan ini, kaum muslim bisa menghadapi para musuh dengan yakin bisa mengakhiri ketidakadilan dan penindasan atas ummat.

Kondisi sulit yang saat ini dihadapi oleh Ummat Islam dunia merupakan akibat dari kurangnya perhatian kita atas petunjuk yang telah diberikan oleh Al Quran dan Sunnah. Sebagai akibatnya, sebagian muslim kurang  peduli jika umat islam di belahan bumi lainnya tertindas.

“Bagaimana kalian sampai hati untuk tidak berperang di jalan Allah, sedangkan orang tua laki-laki, wanita dan anak-anak yang lemah selalu memohon pertolongan kepada Allah seraya berkata, “Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari kekuasaan orang-orang yang zalim. Tempatkanlah kami berada di dalam kekuasaan orang-orang yang beriman dengan kekuasaan dan rahmat-Mu. Berikanlah kami penolong dari sisi-Mu yang akan menolong kami.” (QS 4:75)

Ayat di atas merupakan perintah langsung dari Allah AWT untuk membantu pembebasan umat islam yang tertindas oleh tirani.

Adapun dalam kondisi saat ini, ada beberapa hal yang mungkin bisa kita lakukan:
Menggunakan peran politik untuk membantu saudara-saudara kita yang tertindas, misalnya mendorong pemerintah untuk ikut aktif memberikan diplomasi politik. Salah satu bentuk protes atas penindasan adalah pengusiran diplomat, seperti yang dilakukan oleh Inggris, Perancis, Australia, Kanada, Jerman, Italia dan Spanyol sebagai reaksi atas Pembantaian Houla di Syria.
Penggalangan dana untuk membatu saudara-saudara kita yang sedang dalam kesulitan. Di Indonesia, ada beberapa badan untuk menjembatani donasi ini. Untuk Rohingya misalnya, ada program dari Aksi Cepat Tanggap. Untuk Palestina, ada program donasi Palestina melalui  Sahabat Al-Aqsha. Saudara-saudara kita di Saudi, dalam 3 hari, mereka bisa mengumpulkan Rp 343 Miliar untuk krisis Suriah. Saat  di bulan Ramadhan, berbuat kebaikan termasuk sedekah sangatlah utama.
Menggunakan media untuk menambah awareness dunia atas penindasan yang terjadi, baik dalam bentuk pembantaian, perusakan tempat tinggal warga sipil, dan perampasan hak-hak dasar.
Membantu dengan doa kepada Allah SWT, dan paling tidak, inilah sekecil-kecilnya bantuan yang bisa yang bisa kita lakukan.

Wallahu a’lam.

janganlah sombong kawan!!!

Kesombongan merupakan sesuatu yang dibenci Allah Swt, orang kaya yang sombong dengan sebab kekayaannya saja Allah benci, apalagi kalau orang miskin menyombongkan diri dalam soal harta sehingga dia menampakkan dirinya seperti orang kaya dengan penuh kesombongan.

Kebencian Allah kepada orang kaya yang sombong itu dikemukakan dalam firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri” (QS 28:76).

Maka dengan sebab kesombongan Karun yang kaya itulah, Allah Swt betul-betul mengazabnya di dunia ini sebagaimana firman-Nya yang artinya: Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Kalau Karun yang kaya raya tapi sombong dibenci dan diazab Allah Swt, apalagi orang miskin yang amat tidak pantas menyombongkan diri, maka bila ada orang miskin sombong, bisa jadi Allah lebih murka lagi. Tegasnya, tak ada tempat di sisi Allah buat siapapun yang menyombongkan diri, Allah berfirman yang artinya: Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong (QS 16:23).

Meskipun demikian, orang yang miskin bukan berarti harus minder, tapi dia juga harus tawadhu atau rendah hati. Miskin dan kaya bukanlah ukuran ketaqwaan kepada Allah, namun keduanya bisa membawa manusia pada ketaqwaan tapi juga bisa membawa manusia pada kemurkaan.

Kemiskinan ini juga tidak berarti diwujudkan dalam hal materi, namun juga berlaku untuk ilmu agama. Bayangkan jika ada orang yang tidak tahu mengenai ilmu agama, atau tahu ilmu agama walaupun sedikit, dia sudah sombong, dengan bangganya merasa pintar dalam hal agama, bahkan sama sekali tidak tercermin dalam kehidupannya, bahwa dia orang yang tahu ilmu agama.

Banyak sekali terjadi dilingkungan sekitar kita, sudah punya titel HAJI, atau HAJJAH, namun masih saja membuka auratnya, masih suka memfitnah orang, masih suka iri dan sombong dengan orang sekitarnya, merasa sudah HAJI atau HAJJAH, maka ketika ada acara besar Keagamaan, maka dia merasa yang lebih berhak untuk menjadi tokoh utama didalam acara tersebut. Sudah melaksanakan rukun Islam yang kelima pun, masih saja tidak bisa membedakan harta Haram atau Halal, mulutnya tak pernah dijaga untuk mengeluarkan kata-kata yang bermanfaat daripada kata-kata yang menyakiti hati.

Allah tidak menilai dari pangkat, titel, golongan atau apapun itu, yang Allah nilai hanyalah kejernihan hati kita, untuk selalu MEMPERBAIKI DIRI (INTROSPEKSI DIRI) bukan merasa paling didzolimi, namun berkaca dengan diri sendiri akan perbuatan yang telah kita lakukan selama ini, apakah sudah baik atau belum, ataukah ini balasan dari perbuatan kita yang dulu. Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.